Kubah Al Tsunami, Monumen Sunyi Saksi Sejarah



BERADA di tengah areal persawahan, kubah mesjid itu berbeda dengan kubah mesjid lainnya. Jika kubah mesjid yang lain bertengger di pucak bangunan, maka kubah masjid ini bertengger di atas permukaan tanah. Hanya kubahnya saja.
Kubah tersebut diberi nama Kuah Al Tsunami. Dari namanya saja pengunjung bisa mengetahui jika kubah itu merupakan peninggalan dan saksi kedahsyatan gelombang tsunami yang melanda Aceh pada Minggu, 26 Desember 2004 silam.
Kubah Al Tsunami ini awalnya merupakan sebuah kubah mesjid di Gampong Lamtengoh, di Kawasan Ujong Pancu Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Namun dalam peristiwa tersebut kubah ini terhempas ke Gampong Gurah di kecamatan yang sama. Kubah ini menjadi fenomenal dan menjadi salah satu objek wisata tsunami bagi masyarakat yang datang ke Ujong Pancu.
Pada saat tsunami terjadi, 29 orang selamat karena berada di kubah tersebut. Pengurus Kubah Al Tsunami, Darmawan, kepada ATJEHPOSTcom mengatakan jika kubah itu sangat bersejarah bagi dirinya. Ia meyakini jika jasad ibunya terkubur di bawah kubah tersebut.
Saat peristiwa itu terjadi, ia sedang di Aceh Selatan. Setelah itu ia sering bermimpi tentang ibunya dengan latar belakang kubah mesjid. Setelah ia kembali ke Gurah ia melihat kampungnya telah rata dengan tana tanpa bangunan. Yang ia lihat hanya kubah mesjid yang berada di areal persawahan yang kala itu masih banyak hutan. Di sekitarnya tumpukan kayu dan mayat masih bergelimpangan.
“Saya dengan ikhlas dan keridhaan hati menjaga dan merawat kubah ini. Berharap kubah ini dapat menjadi monumen kenangan bagi masyarakat Aceh untuk mengingat kedahsyatan tsunami.” Ujarnya.
Namun usahanya untuk merawat kubah tersebut sepertinya belum memberikan dampak bagi masyarakat. Menurutnya hingga kini hanya segelintir saja wisatawan yang mengetahui keberadaan kubah tersebut. Darmawan mengaku ia belum maksimal dalam mempublikasikan kubah itu.
Untuk pengembangan kubah tersebut katanya, telah mendapatkan bantuan dari beberapa pihak, seperti pemerintah dan donatur lainnya. Bahkan tanah tempat kubah tersebut berada kini sudah diwakafkan. Namun, sebagai objek wisata tsunami menurutnya masih membutuhkan beberpa fasilitas lain seperti balai untuk salat, toilet dan tempat berwudhu.
“Mungkin adalakalanya untuk lebih diperhatikan lagi mengenai fasilitasnya. Dan semoga monumen ini menjadi monumen sejarah yang dijadikan tempat wisata. Sering wisatawan yang berasal dari Malaysia yang mengunjungi kubah ini,” katanya.
Jalan menuju ke kubah tersebut dulunya harus melintasi persawahan di Desa Gurah, namun sekarang sudah ada jalan pintas yang lain. Jalan tersebut hanya muat untuk satu mobil saja dan belum diaspal. Namun sudah jauh lebih memudahkan pengunjung. Namun untuk menuju ke sana belum ada penunjuk arah sehingga membuat masyarakat kebingungan untuk mencari lokasi kubah.
“Publikasi yang sangat kurang. Meski pun jauh, tapi kalau orang penasaran pasti juga mau berkunjung ke sini. Itu dia, publikasi yang sangat utama dilakukan agar orang mau berkunjung ke monumen ini,” katanya.
Berikut foto-fotonya:
























Sumber : atjehpost.com