Mayoritas Setuju Tiket Penumpang Gemuk, Lainnya Anggap Diskriminasi

(Foto: brisbanetimes)
Mayoritas penumpang internasional atau sekira 59% setuju jika maskapai penerbangan menerapkan harga tambahan bagi para penumpang dengan berat badan berlebih. Jajak pendapat ini dihelat oleh situs pencarian perjalanan, Skyscanner.

Jajak pendapat dilakukan menyusul pernyataan dari ekonom asal Norwegia Dr. Bharat P. Bhatta. Dia mengatakan bahwa model penetapan harga berdasarkan berat badan penumpang akan membawa keuntungan bagi maskapai penerbangan dalam bentuk tiket yang lebih terjangkau dan berkurangnya emisi karbon.

Samoa Air, yang beroperasi di kawasan Pasifik, telah mulai menerapkan harga sesuai dengan berat badan penumpang. Sistem biayanya, yang per kilogram berat badan, menjadi yang pertama di dunia. Namun, sebanyak 41% responden menentang ide penerapan pajak kegemukan (Fat Tax) dengan alasan diskriminasi.

Sebelumnya, di awal pekan ini Sunday Times memberitakan bahwa Air India akan memberikan sanksi kepada awak kabin mereka yang berumur 40 atau lebih jika ditemukan kondisinya tidak fit atau kelebihan berat badan. Penentuannya dibuat setelah mereka melalui serangkaian tes kesehatan.

"Ini mengejutkan bagi kami, mengetahui bahwa banyak para pengguna transportasi udara secara umum menyambut baik sistim penetapan harga penerbangan yang berlapis. Sistem  ‘Fat Tax’ bisa menjadi isu yang sangat sensitif bagi maskapai penerbangan yang jelas-jelas tidak ingin menyinggung perasaan para penumpang dengan berat badan berlebih," kata Tika Larasati, Manajer Pengembangan Pasar Skyscanner Indonesia, dalam siaran persnya, seperti di kutip dari Okezone, Sabtu (6/4/2013).

Jajak pendapat Skyscanner ini dilakukan terhadap 1.000 orang dewasa oleh OnePoll, antara periode 26 hingaga 28 Maret 2013.


(okezone)