Kisah korban tsunami Aceh, pulang setelah dikira telah meninggal

Kisah korban tsunami Aceh, pulang setelah dikira telah meninggal
(c) Reuters
Kisah korban tsunami Aceh, pulang setelah dikira telah meninggal - Ada banyak kisah di balik tragedi tsunami melanda Aceh 9 tahun silam. Baik kisah sedih maupun kisah haru lainnya. Kini ada sebuah kisah seorang anggota keluarga yang dikira semula sudah tewas diterjang tsunami, akan tetapi ternyata sia bisa masih selamat dan kembali ke rumah setelah 5 hari pascatsunami.

Kisah ini sebenarnya telah disimpan sejak 9 tahun silam dan tidak pernah diceritakan kepada siapapun. Wirzaini Usman, PNS yang bekerja di Pemerintah Kota Banda Aceh menuturkan kisah yang mengharukan itu seperti dikutip dari Merdeka.com. Saat tsunami melanda pada 26 Desember 2004 lalu, adiknya Hamdani hilang. Dia sempat pesimis bahwa adiknya itu selamat.

"Yang belum jumpa hanya adik saya Hamdani, saat itu orang tua saya yang sudah tua semakin pesimis, seakan-akan Hamdani tidak selamat, sedangkan saya dan adik perempuan hari kedua sudah jumpa," kata Wirzaini.

Saat kejadian, kata Wirzaini, adiknya sedang berada di Pulau Aceh sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tentu sulit untuk melacak keberadaannya yang jauh dari Banda Aceh. Untuk menuju pulau tersebut, harus menempuh perjalanan laut sekitar 2,5 jam dengan menggunakan angkutan laut.

Hari ke-3 tsunami, tepatnya pada hari Rabu, dia bersama ayahnya kembali berangkat ke Banda Aceh untuk mencari Hamdani yang belum mendapat kabar apakah selamat atau tidak. Mereka hari itu masih optimis bahwa Hamdani selamat, lalu ia mencari dari posko pengungsi dari Lambaro dan juga di sejumlah lokasi pengungsian lainnya. Akan tetapi tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Hamdani.

"Saat itu kami sudah semakin pasrah, apa lagi setelah mendengar cerita salah seorang petugas PMI, Desa Lampunyang, Pulau Aceh terbelah dua, kecil orang bisa selamat di situ," imbuhnya.

Saat itulah, lanjut Wirzaini, ayahnya semakin syok dan nyaris jatuh saat mendengar informasi tersebut. Pasalnya, Desa Lampunyang itu lokasi KKN Hamdani di Pulau Aceh. Karena melihat kondisi ayahnya tidak memungkinkan, Wirzaini memutuskan untuk kembali ke Sigli.

"Kami takut ayah semakin syok, karena ayah ada sakit jantung, makanya kami pulang dulu," imbuhnya.

Pada hari Kamis, tepatnya hari kelima setelah tsunami, Wirzaini bersama kakak kandungnya kembali ke Banda Aceh untuk mencari Hamdani. Namun tiba-tiba saat hendak berangkat dengan menggunakan sepeda motor, dia dipanggil oleh ayahnya sambil tertatih-tatih mendekati mereka.

"Nak, ini kantong mayat, tolong kamu cari yang mirip dengan Hamdani, kamu bawa pulang ke sini," kata Wirzaini meniru pesan Ayahnya saat hendak berangkat ke Banda Aceh mencari Hamdani.

Tak terasa isak tangis kedua orang tuanya tidak terbendung, demikian juga sejumlah sanak keluarganya yang berkumpul di rumah sudah pasrah. Mereka hanya berharap bisa melihat mayat Hamdani, keluarga besar tidak lagi menaruh harapan Hamdani bisa selamat.

Sesampai ke Banda Aceh, lalu ia mencari ke seluruh tumpukan mayat dan juga lokasi pusat pengungsian korban tsunami. Tujuannya hanya satu, mau membawa pulang Hamdani meskipun mayat yang dia dapatkan. Hal ini sesuai dengan permintaan kedua orang tuanya.

"Jadi waktu itu saya dan abang, mau pinjam perahu nelayan mau ke Pulau Aceh untuk cari Hamdani," ungkapnya.

Niat menyeberang ke Pulau Aceh urung dilakukan. Dari kejauhan ia melihat beberapa orang mahasiswa yang memakai jas almamater PGSD. Bergegas ia menghampiri mahasiswa tersebut dan menanyakan keberadaan adiknya dengan memberitahukan ciri-ciri Hamdani.

"Jadi langsung mereka bilang, ada di Desa Go Gajah, karena sedang menghantar sekitar 6.000 korban tsunami dari Pulai Aceh," kata Wirzaini.

Saat itulah, Wirzaini merasa lega dan senang. Kendati demikian, dia belum puas hatinya kalau tidak jumpa secara langsung. Karena teringat akan pesan orang tuanya, dia diamanahkan untuk membawa pulang Hamdani hidup ataupun sudah meninggal.

"Waktu jumpa langsung saya minta di pulang, karena keluarga dan ayah dan ibu menunggu," ungkap Wirzaini. Kini Hamdani sudah menjadi PNS di Pemerintah Kabupaten Pidie.