|
fotokita.net |
Gunung Peut Sagoe adalah salah satu gunung api type strato yang merupakan bagian dari ring of fire (cincin api) Indonesia. Gunung ini berada di dalam wilayah administrasi Kecamatan Geumpang, Kabupaten Pidie – Aceh, sebuah kecamatan yang berjarak kurang lebih 220km dari Banda Aceh yang dapat ditempuh melalui jalur darat ± 6 jam. Peut Sagoe (dalam bahasa Aceh berarti Empat Segi) memiliki ketinggian kubah solvatar 2.431mdpl (meter diatas permukaan laut) pada posisi 96° 17’ 16,00” T – 04° 54’ 10,10” U (ER GRS ’67 atau ID 1974). Secara geografis, gunung ini diapit oleh Gn. Tutung (2435mdpl) disisi barat daya dan Gn. Tanpa Nama disisi Timur (ketiganya terpisah melalui over pass).
|
ubietalmahdaly.blogspot.com |
Sejak tahun 1970-an aktifitas memantau atau melakukan pendakian guna kepentingan vulkanologi telah dilakukan disana. Disamping itu, pada masa kolonial Belanda berdasarkan referensi yang ada, aktifitas gunung ini pun telah tercatat. Pengamatan secara periodik mulai dilakukan sejak tahun 1998 ditandai dengan pemasangan instalasi pengamatan berupa seismometer yang ditanam di lereng gunung di sisi barat laut puncak. Adapun Pos Pengamatannya berada di Kecamatan Mane (bersebelahan dengan Kec.Geumpang) yang berjarak kurang lebih 21km dari Puncak Peut Sagoe. Di Kecamatan Geumpang maupun Kecamatan Mane, pesona alam yang lain adalah Krueng (sungai) Geumpang sebagai tempat latihan arung jeram yang telah mulai dikembangkan pada Tahun 1990-an. Kawasan ini pernah mengalami masa suram saat konflik bersenjata beberapa tahun lalu. Kecamatan Mane sendiri pernah dipimpin oleh seorang perwira Marinir yang berarti kawasan tersebut pada saat itu masuk kategori wilayah “hitam”. Pos Pengamatan Gunungapi Peut Sagoe sendiri secara kebetulan juga berada disekitar kompleks Kompi Senapan – TNI AD di jalan lintas Beureuneun - Meulaboh.
Pos Pemantauan Gunungapi yang perbaikannya didanai oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh – Nias berada dibawah pengawasan Badan Geologi – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Kini, staf lapangan yang aktif memantau perkembangan gunung ini melalui peralatan standart pemantauan gunungapi adalah Muhammad Nasir yang merupakan putra daerah setempat dan Akmal asal Padang. Pada awal September 2012 lalu, Tim dari Badan Geologi – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana termasuk staf pos pengamatan, warga setempat dan 3 orang Tim Aceh Tracker Community (A-Track) diantaranya termasuk penulis sendiri melakukan pendakian ke Peut Sagoe dengan tujuan melakukan pengecekan alat dan pergantian battery seismometer yang merupakan bagian dari perawatan instalasi pengamatan. Bagi A-Track, kegiatan seperti ini merupakan sarana latih dan media komunikasi antar berbagai pihak yang berkepentingan dalam kegiatan pelestarian gunung yang nantinya diharapkan menjadi base informasi rute pendakian diseluruh gunung di Aceh. Ini juga dapat dimanfaatkan sebagai media research, pendidikan dan kepetualangan dengan tidak mengurangi semangat konservasi.
Tim yang dipimpin oleh Kang Cahaya Patria (dari PVMB) beranggotakan Kang Dedy Rohendi (PVMB), M.Nasir dan Akmal (Pos Pantau), Harun, Abdullah, Taqim, Yun (warga setempat) dan Tim dari A-Track yaitu Athailah, Nailul Autar dan penulis sendiri. Start pendakian menurut rute normal adalah melalui punggungan barat yang memakan waktu 3 – 4 hari pendakian. Sedangkan rute yang ditempuh dalam pendakian tempo lalu adalah melalui punggungan selatan (perintisan) dengan titik balik melalui jalur normal. Dalam perencanaan, estimasi waktu yang di-plotting adalah 5-6 hari. Start pendakian dimulai dari SP V (lima) yang merupakan kawasan transmigrasi dan berjarak kurang lebih 8 (delapan) kilometer dari pusat Kota Geumpang, Pidie. Kawasan ini masih terlihat terbengkalai sejak ditinggalkan pada masa konflik meskipun kini aktifitas masyarakat secara perlahan mulai ramai memanfaatkan lahan kosong tersebut. Jalur pendakian yang diawali dengan melintasi kawasan hutan primer dengan tingkat kelembaban tinggi diteruskan dengan menyusuri tepi sungai (landai) yaitu melalui Alue Simpang Lee Cukoo (alue = alur/anak sungai) hingga ke ketinggian >1500mdpl untuk berganti sudut menuju punggungan selatan yang mengarah ke utara dari titik pertigaan hulu sungai. Sepanjang pendakian, Tim lebih banyak menelusuri jalur laluan gajah yang memang sudut azimuthnya sama ke titik target/tuju. Kawasan pegunungan dan lembahan disekitar sisi gunbungapi Peut Sagoe juga dikenal sebagai habitat Gajah Sumatera, Beruang Madu, Harimau Sumatera, Rusa dan satwa tropis lainnya. Selain itu tumbuhan jenis langka seperti Raflesia Sumatera, Kantong Semar juga banyak ditemukan disepanjang jalur. Di ketinggian 2000+ juga ditemukan hamparan Edelweis yang populasinya relative terjaga dikarenakan kawasan ini tidak selalu diminati oleh kalangan pegiat alam terbuka kecuali dalam konteks ekspedisi pendakian. Itupun dalam hitungan tahun Penelusuran jalur selatan sempat terhalang ketika kabut tebal menyelimuti kawasan kaldera, namun hanya beberapa saat berselang semuanya kembali normal. Pendakian ini juga dipantau oleh Armen Putra yang juga staf pos pengamatan gunungapi Sinabung, SUMUT melalui radio komunikasi yang berada di Pos Pengamatan Gunungapi di Mane.
Pada tahun 2007, Penulis bersama 2 (dua) orang lainnya yaitu Doel Hadi dan Amrul Razy dari Mapala LEUSER UNSYIAH pernah mencoba masuk ke dinding selatan Peut Sagoe, namun terhalang oleh durasi waktu yang ternyata diluar perkiraan. Dalam perintisan yang gagal tersebut, kelemahan Tim adalah saat menembus medan berupa punggungan yang lebar, Tim sempat dihadang badai hutan. Disamping itu juga kerapatan vegetasi alam disekitar ketinggian 1000 – 1500mdpl cukup rapat sehingga target perintisan tidak optimal. Beberapa Mahasiswa Pencinta Alam Aceh lainnya juga telah melakukan pendakian kesana pada setiap tahunnya.
Memasuki hari ke-3, dengan orientasi medan yang tepat dibantu jalur gajah yang searah, akhirnya Tim mencapai sisi timur gunungapi untuk menuju sisi utara (relative mengelilingi 180°). Hal ini dilakukan karena sisi selatan dan sisi timur gunungapi tidak mungkin ditempuh (terdapat longsoran) selain juga instalasi alat yang akan di cek terpasang disisi barat laut lereng Peut Sagoe. Pengecekan dan pergantian battery tidak berlangsung lama. Komunikasi dengan Armen untuk konfirmasi atau cross check pada siesmograf di Pos Pengamatan untuk amplitude dan lainnya dilakukan dengan radio komunikasi dan telepon seluler (pada situs ini signal salah satu operator layanan seluler dapat terjangkau).
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Tim dan staf ahli kemudian langsung turun melalui punggungan barat atau pada jalur normal. Jarak yang ditempuh saat pendakian tersebut kurang lebih ±15km. Menurut jadwal yang dikonfirmasi oleh Tim dari Badan Geologi – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, kegiatan serupa akan dilakukan pada jangka waktu 2 (dua) tahun kedepan atau dipercepat bila selama waktu tersebut terjadi kerusakan.
Sumber : ubietalmahdaly.blogspot.com