Kompas.com/Ni Luh Made Pertiwi F |
Menginjak tanah Aceh, tak lengkap rasanya tanpa menikmati mi khas Aceh. Di Jakarta saja, mi aceh sudah begitu tenar dan mudah ditemukan.
Masakan Aceh lebih banyak pakai merica dibanding cabai. Makanya, lebih terasa panas di kerongkongan, bukan pedas di lidah seperti makan cabai.
-- Aulia
Nah, jika berkesempatan mampir di Lhokseumawe, cobalah menikmati mi khas Aceh di rumah makan "Mie Apayan". Letaknya di Jalan Medan Banda Aceh, Kruenggeukueh, Lhokseumawe, Aceh.
Dari pusat kota Lhokseumawe perlu waktu sekitar 15 menit naik mobil untuk mencapai warung mi ini. Jangan sampai salah mengenali Mie Apayan. Sebab, ada beberapa warung mi serupa di sepanjang jalan tersebut.
Di depan warung, meja panjang sudah berjejer dan kursi-kursi plastik pendek bersandar melengkapinya. Inilah ciri khas warung-warung di Lhokseumawe. Kursi seakan mengajak tamu untuk makan sambil bersantai, menyelonjorkan kaki, dan menikmati makan tanpa tergesa-gesa.
Konon, mi di Mie Apayan inilah mi khas Aceh terenak di Lhokseumawe. Minimal, beberapa penduduk setempat merekomendasikan Mie Apayan sebagai tempat berburu mi khas Aceh.
Apa yang menjadi kekhasan mi aceh? Jika Anda pernah menikmatinya, tentu sudah tahu jawabannya. Jangan harap bertemu mi dengan kuah kaldu yang polos.
Seperti umumnya masakan Aceh yang kaya rempah, pun begitu dengan mi aceh. Seakan maruk pada segala bumbu dapur, semua bumbu dimasukkan untuk menghasilkan kuah kaldu yang berempah.
Sebut saja bumbu standar mulai dari merica, bawang merah, dan bawang putih, sampai bumbu eksotis macam kapulaga, jinten, dan bunga lawang. Hasilnya? Rasa yang kuat dari beraneka bumbu beradu di mulut. Hentakan panas merica, aroma tajam dari bawang, harum kapulaga, sampai sensasi pedas cabai.
Sekilas di lidah seperti rasa kari. Lalu rasa yang kuat dari kuah bertekstur kental ini berkolaborasi dengan mi tebal yang lembut dan terasa polos. Kombinasi yang pas. Namun, rasa pedas tidak terlalu dominan.
Masakan Aceh cenderung memberikan rasa panas dari merica dibanding rasa pedas dari cabai. Hal ini terasa pula di mi aceh olahan Mie Apayan.
"Masakan Aceh lebih banyak pakai merica dibanding cabai. Makanya, lebih terasa panas di kerongkongan, bukan pedas di lidah seperti makan cabai," ungkap Aulia, warga asli Lhokseumawe.
Ada beberapa pilihan menu mi di Mie Apayan. Umumnya sama seperti di warung mi lainnya. Penggemar seafood bisa memilih mi cumi, mi udang, atau mi kepiting. Bisa juga digabungkan, misalnya mi cumi udang.
Pilihan lainnya adalah mi polos atau mi daging sapi. Makan mi aceh semakin enak disantap dengan emping dan acar timun-bawang merah. Minumannya bisa pesan jus terong belanda yang menyegarkan. Cocok untuk meredam sedikit "kekuatan" rempah dari mi aceh.
Sumber: (kompas)