Bireuen - Dikenal sebagai segitiga emas Aceh, letak Kabupaten Bireuen diapit lima kabupaten/kota, yakni Kabupaten Pidie Jaya, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe, memudahkan transit bagi warga pelintas baik menuju dari Banda Aceh menuju Medan atau sebaliknya.
Kemudahan transit ini mendorong pencitraan kawasan yang terus berkembang sebagai lokasi penjualan aneka oleh-oleh. Hal itu kini menjadi daya tarik tersendiri di kabupaten pemekaran dari Aceh Utara ini. Sebut saja, keripik pisang, andalan buah tangan yang dijajakan di sepanjang lintasan jalan negara, antara Kecamatan Jeumpa dan Kota Juang.
Kendati rasa keripik pisang di sini lazimnya sama di mana-mana, ada sesuatu yang berbeda menjadi daya tarik tersendiri. Selain gurih, cita rasa ditawarkan beragam, mulai dari keripik pisang manis, asin, keripik ubi tawar, pedas, keripik sukun, keripik kentang dan aneka makanan ringan lain sebagai pelengkap.
Dipastikan, setiap pengunjung atau pelintas tak melewatkan kawasan ini untuk "memburu" berbagai jenis keripik olahan. Mulai dari angkutan umum sampai kendaraan pribadi tak pernah sepi memarkirkan kenderaannya di pinggiran rak-rak keripik yang banyak terdapat sesaat memasuki ibu kota kabupaten.
Penuturan Hafsah (40), warga Kabupaten Aceh Utara, dirinya setiap melintasi Bireuen hendak ke Banda Aceh, selalu berpesan pada supir angkutan agar mampir sebentar untuk membeli keripik pisang sebagai buah tangan. Hal itu dia lakukan karena pesanan sang anak yang menempuh pendidikan di Banda Aceh.
"Saya tak lupa mengingatkan supir untuk berhenti membeli keripik di Bireuen," katanya, beberapa waktu yang lalu.
Selain gurih, harga aneka keripik ini tergolong terjangkau agi masyarakat umum. Dihargai Rp 15.00 per kilogram untuk jenis pisang, sampai Rp 40.000 per kilogram jenis sukun.
Begitupun, harga bisa lebih murah tergantung pasokan pisang. Diakui Nasir (47), salah seorang pedagang, penjualan keripik mereka laku keras setiap akhir pekan, seperti Sabtu dan Minggu, serta pada momen perayaan hari-hari besar seperti lebaran Idul Fitri dan Idul Adha. DI hari-hari itu banyak pelintas melewati Bireuen untuk bepergian.
"Kalau hari biasa memang cenderung sepi, tapi akhir pekan ramai," katanya.
Menjamurnya pedagang keripik yang notabene berasal dari pedagang lokal di Bireuen ini, terjadi pascapenandatangan MoU di Helsinki, Agustus 2005 silam. Sejumlah pedagang mengaku rezeki konflik yang tertunda kini mengalir memberi kemakmuran cukup lumayan bagi kelangsungan perekonomian keluarga mereka sehari-hari.
Omzet rata-rata di atas Rp300.000 per hari mampu diraih Nasir dan rekan pedagang sepertinya, sedangkan hari-hari tertentu dengan momen besar, penjualan tiga hingga lima kali lipat lebih besar dapat diperoleh. Dengan harga lumayan terjangkau bagi semua kalangan, dipastikan keripik-keripik itu menjadi primadona sebagai buah tangan. Tidak hanya untuk kerabat jauh, bagi mahasiswa pun oleh-oleh keripik seolah menjadi satu keharusan yang dibawa serta setiap kembali dari kampung halaman.
Produksi keripik dari puluhan industri rumahan tersebar di Kabupaten Bireuen itu relatif menyebar. Terdapat ratusan sentra industri di Kecamatan Juli, Peusangan, Jeumpa dan Kota Juang. Menyerap ratusan tenaga kerja lokal, diharapkan komoditi pisang tetap mampu memenuhi kebutuhan pengusaha keripik agar harga jual tetap stabil hingga beberapa waktu ke depan.
(theglobejournal)
Kemudahan transit ini mendorong pencitraan kawasan yang terus berkembang sebagai lokasi penjualan aneka oleh-oleh. Hal itu kini menjadi daya tarik tersendiri di kabupaten pemekaran dari Aceh Utara ini. Sebut saja, keripik pisang, andalan buah tangan yang dijajakan di sepanjang lintasan jalan negara, antara Kecamatan Jeumpa dan Kota Juang.
Kendati rasa keripik pisang di sini lazimnya sama di mana-mana, ada sesuatu yang berbeda menjadi daya tarik tersendiri. Selain gurih, cita rasa ditawarkan beragam, mulai dari keripik pisang manis, asin, keripik ubi tawar, pedas, keripik sukun, keripik kentang dan aneka makanan ringan lain sebagai pelengkap.
Dipastikan, setiap pengunjung atau pelintas tak melewatkan kawasan ini untuk "memburu" berbagai jenis keripik olahan. Mulai dari angkutan umum sampai kendaraan pribadi tak pernah sepi memarkirkan kenderaannya di pinggiran rak-rak keripik yang banyak terdapat sesaat memasuki ibu kota kabupaten.
Penuturan Hafsah (40), warga Kabupaten Aceh Utara, dirinya setiap melintasi Bireuen hendak ke Banda Aceh, selalu berpesan pada supir angkutan agar mampir sebentar untuk membeli keripik pisang sebagai buah tangan. Hal itu dia lakukan karena pesanan sang anak yang menempuh pendidikan di Banda Aceh.
"Saya tak lupa mengingatkan supir untuk berhenti membeli keripik di Bireuen," katanya, beberapa waktu yang lalu.
Selain gurih, harga aneka keripik ini tergolong terjangkau agi masyarakat umum. Dihargai Rp 15.00 per kilogram untuk jenis pisang, sampai Rp 40.000 per kilogram jenis sukun.
Begitupun, harga bisa lebih murah tergantung pasokan pisang. Diakui Nasir (47), salah seorang pedagang, penjualan keripik mereka laku keras setiap akhir pekan, seperti Sabtu dan Minggu, serta pada momen perayaan hari-hari besar seperti lebaran Idul Fitri dan Idul Adha. DI hari-hari itu banyak pelintas melewati Bireuen untuk bepergian.
"Kalau hari biasa memang cenderung sepi, tapi akhir pekan ramai," katanya.
Menjamurnya pedagang keripik yang notabene berasal dari pedagang lokal di Bireuen ini, terjadi pascapenandatangan MoU di Helsinki, Agustus 2005 silam. Sejumlah pedagang mengaku rezeki konflik yang tertunda kini mengalir memberi kemakmuran cukup lumayan bagi kelangsungan perekonomian keluarga mereka sehari-hari.
Omzet rata-rata di atas Rp300.000 per hari mampu diraih Nasir dan rekan pedagang sepertinya, sedangkan hari-hari tertentu dengan momen besar, penjualan tiga hingga lima kali lipat lebih besar dapat diperoleh. Dengan harga lumayan terjangkau bagi semua kalangan, dipastikan keripik-keripik itu menjadi primadona sebagai buah tangan. Tidak hanya untuk kerabat jauh, bagi mahasiswa pun oleh-oleh keripik seolah menjadi satu keharusan yang dibawa serta setiap kembali dari kampung halaman.
Produksi keripik dari puluhan industri rumahan tersebar di Kabupaten Bireuen itu relatif menyebar. Terdapat ratusan sentra industri di Kecamatan Juli, Peusangan, Jeumpa dan Kota Juang. Menyerap ratusan tenaga kerja lokal, diharapkan komoditi pisang tetap mampu memenuhi kebutuhan pengusaha keripik agar harga jual tetap stabil hingga beberapa waktu ke depan.
(theglobejournal)