Tiang Tempat Teuku Chik Di Tunong ditembak mati akan dipugar

Tiang tempat Teuku Chik Di Tunong dihukum dieksekusi. @ Irman I.P
DARI 19 situs sejarah di Lhokseumawe hasil pendataan sementara oleh Bidang Kebudayaan pada Dinas Perhubungam, Pariwisata dan Kebudayaan (Dishubparbud), tiang tempat Teuku Chik Di Tunong ditembak mati oleh serdadu Belanda, salah satu situs yang menjadi prioritas pemerintah untuk pemugaran.

“Kita akan prioritaskan pemugaran situs-situs sejarah yang ada di Kecamatan Banda Sakti, yang mudah dijangkau. Prioritas pertama, pemugaran tiang gantungan (tempat eksekusi) Teuku Chik Di Tunong,” ujar Faisal Riza, Kepala Bidang Kebudayaan pada Dishubparbud Kota Lhokseumawe seperti yang di beritakan Atjehpost, Kamis sore, 14 Maret 2013.

Faisal Riza bersama sejumlah staf Bidang Kebudayaan, Kamis kemarin, telah meninjau lokasi tiang tempat suami Cut Meutia tersebut ditembak mati oleh penjajah Belanda, di Kampung Jawa Lama, Banda Sakti. Kata dia, lokasi situs itu berada depan pintu rumah warga.

“Lahan lokasi situs tersebut statusnya milik masyarakat setempat, maka untuk pemugaran atau pelestarian, kita harus melakukan pembebasan lahan terlebih dahulu, tentunya ini butuh proses,” kata Faisal Riza.

Suami pahlawan nasional Cut Meutia, Teuku Chik Di Tunong yang turut berperang melawan Belanda, ditangkap hingga akhirnya dihukum tembak dengan cara diikat pada tiang di dekat pantai Lhokseumawe pada 25 Maret 1905 silam.

Hasil penelusuran pada Sabtu, 28 Juli 2012, diketahui lokasi eksekusi mati yang dilakukan serdadu Belanda terhadap Teuku Chik Di Tunong (Teuku Cut Muhammad) dan rekannya Teuku Chik Di Buah (Teuku Mohd Daud) berada di Kampung Jawa Lama, Banda Sakti, Lhokseumawe.

Di lokasi yang berjarak sekitar 50-70 meter dengan pantai itu, ada satu tiang besi sebesar betis orang dewasa. Tetapi tiang besi itu hanya tersisa setinggi lutut anak usia sekolah dasar. Pangkal tiang besi tersebut tertancap persis di sebuah lorong di tengah pemukiman penduduk yang amat padat.

Warga setempat berharap Pemerintah Lhokseumawe segera memugar situs sejarah itu agar tidak lenyap tanpa bekas. Harapan ini juga disampaikan Cut Zuraida Binti Raja Sabi, cucu dari Teuku Chik Di Tunong dan Cut Meutia.

(atjehpost)