Sudah punya agenda untuk liburan? Jika belum anda bisa merencanakan untuk liburan ke Pulau Simeulu di Provinsi Aceh. Di pulau yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia ini menyediakan suguhan panorama alam dan pantainya yang sangat indah.
Mumpung masih ada waktu, sehingga anda bisa mengatur waktu dan keuangan agar liburan anda bisa optimal. Liburan ke Pulau Simeulue membutuhkan perencanaan yang matang, selain uang, juga fisik yang prima. Khusus untuk persiapan keuangan tak ada salahnya anda menyediakan anggaran lebih, untuk meminimalisir terjadinya hal-hal tak terduga untuk kepentingan di perjalanan dan akomodasi di sana.
Untuk sampai ke Simeulu, dari Kota Banda Aceh perjalanan dimulai dengan jalur darat. Ada dua alternative kendaraan yang bisa anda naiki yaitu minibus L300 dan bus Damri. Perjalanan via darat ini berakhir di Labuhan Haji, Kabupaten Aceh Selatan. Dengan L300 memakan waktu sekitar 8 jam, sedangkan dengan Damri bisa sampai 14 jam.
Jika anda seorang backpacker maka perjalanan dengan dua jenis kendaraan ini sangat menantang. Bus tanpa air conditioner dan berdesak-desakan bisa memberikan pengalaman tersendiri bagi anda. Belum lagi rute jalan yang berkelok-kelok akan membuat adrenalin semakin terpacu.
Setelah menempuh perjalanan panjang, selanjutnya adalah mencari tiket kapal ferry untuk menyeberang ke Simeulue. Di pelabuhan banyak terdapat warung-warung nasi merangkap warung kopi. Di sini anda bisa sejenak melepas lelah dan mengisi perut. Kapal menuju Simeulu berangkat pada malam hari pada pukul 22.00 wib.
Umumnya penumpang yang menunggu waktu keberangkatan terpaksa beristirahat di warung-warung, karena di sekitar pelabuhan tidak ada penginapan.Beberapa warung juga menyediakan penyewaan kamar. Namun calon penumpang cenderung tidak menyewa kamar. Selain itu ada juga calon penumpang yang beristirahat di sejumlah ruang tunggu kantor ASDP dan masjid.
Tiket penumpang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas ekonomi, bisnis dan VIP, bila beruntung penumpang juga bisa menyewa kamar milik ABK kapal ferry tersebut. Begitu peluit kapal berbunyi, tandanya penumpang harus segera naik ke kapal. KMP Teluk Sinabang segera melepas jangkar dan berangka dengan waktu tempuh sekitar sembilan jam.
Setelah di dalam kapal selanjutnya penumpang mencari nomor kursi sesuai yang tertera di dalam tiket. Bagi yang membeli tiket ekonomi, harus rela duduk semalaman di atas kursi yang tidak bisa disetting.
Sedangkan bagi mereka yang memegang tiket bisnis dan VIP bisa sedikit lega, karena fasilitas yang tersedia cukup lumayan, sepertit empat tidur, air conditioner dan bangku yang bisa disetel. Pelan tapi pasti kapal ferry KMP Teluk Sinabang berlayar memecah gelombang Samudera Hindia. Biasanya bagi yang mabuk laut ini menjadi penderitaan tersendiri. Solusinya adalah minum tablet anti muntah.
Biasanya menjelang tengah malam penumpang yang mengantongi tiket ekonomi, bahkan mereka yang hanya mengantongi tiket non seat terpaksa mencari tempat untuk tidur, tanpa mempedulikan bahaya jatuh ke laut dan terpaan angin laut yang dingin.
Pihak pengelola kapan juga menyediakan jajanan siap saji, namun harganya dua kali lipat seperti yang dijual di daratan. Karena itu sebaiknya anda membawa makanan atau cemilan sendiri.Transportasi laut tersebut juga memiliki fasilitas mushala dan tempat untuk buang air kecil.
Sebelum KMP Teluk Sinabang, lego jangkar di dermaga pelabuhan kapal feri, Kuta Batu, Kecamatan Simeulue Timur. ABK KMP Teluk Sinabang, mengingatkan kepada penumpang supaya menjaga barang bawaannya, dan diakhiri ucapan terima kasih telah menggunakan jasa angkutan transportasi laut.
Tepat pukul 07:00 WIB, kapal feri KMP Teluk Sinabang, lego jangkar, dan secara perlahan pintu kapal dibuka. Maskipun masih terhuyung dan kelehanan, penumpang bergegas turun, dengan memikul barang bawaannya turun dari atas kapal feri.
Keluar dari kapal sejumlah sopir becak menawarkan jasa mereka dari pelabuhan Kuta Batu, menuju Kota Sinabang. Jarak tempuh sekitar tujuh kilo meter. Selanjutnya terserah anda. (berita21.com)