Besinte Lestarikan Budaya Melalui Pernikahan

Banda Aceh - Indonesia adalah negeri yang kaya akan suku bangsa dan adat istiadat. Masing-masing suku memiliki tradisi yang berbeda, ritual pernikahan di Aceh misalnya. 

Saat masuk ke dalam keluarga mempelai wanita Aceh Gayo sudah berkumpul. Para nenek duduk berbaris di sebelah kiri mempelai, mulai dari yang hubungan kerabat paling dekat hingga para tetua adat yang siap memulai ritual. 

Setelah diterima permohonan dari Suku Besinte yang merupakan perwakilan dari mempelai wanita kepada Raja Sarak Opat atau perwakilan kepala desa, ritual dilanjutkan dengan pemotongan jeruk purut. Potongan jeruk purut ini nantinya harus dipakai mandi oleh sang calon memperlai wanita. Ini dilakukan pada pagi hari sebelum menikah yang bertujuan untuk menyucikan diri sebelum memulai hidup baru. 

Kemudian ke ritual terpenting, yaitu sesi tepung tawar. Pada ritual ini sang memperlai wanita mengenakan kain hitam yang di tengahnya ada lingkaran putih seperti bulan. Kain ini menandakan biduk rumah tangga selamanya cerah, namun berwarna saat riak kecil terjadi, manusia haruslah mengingat kembali Sang Pencipta.

Pada tepung tawar, sang mempelai diteteskan air yang dicampur dengan beras dan dedaunan. Ada dedingin yang bermakna semoga pernikahannya kelak tenteram dan sejuk. Daun bebesi yang bermakna konsisten atas pilihan yang dibuat daun ongkal menandakan menikah hanya sekali seumur hidup.

Daun ulung kayu kul yang diharapkan nanti sebagai suami istri dapat saling membantu dan bahu-membahu, serta anak di awal agar kehidupan pernikahannya tetap langgeng dan mesra. Nah beras sendiri bermakna kemakmuran diletakkan di tangan agar sang istri nantinya bertanggung jawab atas penghasilan suaminya.


(liputan6)