Ilustrasi serangan jantung. Shutterstock |
Akhir-akhir ini kasus kematian akibat serangan jantung semakin sering ditemukan. Pada Jumat (22/3/2013) kemarin, penyanyi sekaligus presenter acara olahraga kondang, Ricky Jo, meninggal di usia yang masih relatif muda akibat serangan jantung. Apa yang menyebabkan serangan jantung ini dapat menyebabkan kematian dan mengapa kini banyak dialami oleh mereka yang berusia muda?
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Jantung Pusat Harapan Kita Jakarta Faisal Baraas menyatakan, penyempitan pada pembuluh darah koroner jantung lah yang memiliki peranan utama mengapa kematian mendadak terjadi. Penyempitan pembuluh darah dapat disebabkan oleh plak yang terbentuk akibat timbunan kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Jantung Pusat Harapan Kita Jakarta Faisal Baraas menyatakan, penyempitan pada pembuluh darah koroner jantung lah yang memiliki peranan utama mengapa kematian mendadak terjadi. Penyempitan pembuluh darah dapat disebabkan oleh plak yang terbentuk akibat timbunan kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah.
"Penyempitan pembuluh darah koroner, jika mencapai 80 persen, artinya hanya 20 persen saja yang dapat dilewati darah, menyebabkan darah mengental atau menggumpal. Sehingga tidak ada darah yang bisa lewat ke jantung," papar Faisal seperti di kutip dari Kompas.com, Senin (25/3/2013).
Penyempitan pembuluh darah, lanjutnya, tidak memandang usia seseorang. Oleh sebab itu, meskipun masih berusia muda, penyempitan pembuluh darah bisa terjadi apabila seseorang memiliki faktor risiko sehingga ia menjadi lebih rentan mengalami serangan jantung.
Serangan jantung, lanjut Faisal, mungkin saja tidak didahului dengan gejala apapun sebelumnya. "Umumnya memang ada gejala sebelumnya seperti nyeri dada dan sesak, namun bisa juga tidak diawali oleh gejala," ungkapnya.
Faktor risiko
Faisal menjelaskan, ada dua faktor risiko dari kematian mendadak yang berkaitan dengan penyakit jantung. Pertama adalah faktor yang tidak dapat diubah, dan kedua adalah faktor yang dapat diubah.
Faktor yang tidak dapat diubah terdiri dari faktor keturunan atau genetik, faktor usia, dan jenis kelamin. Besarnya masing-masing faktor dalam mempengaruhi risiko penyakit jantung berbeda-beda pada setiap orang.
"Untuk faktor genetik, tergantung pada kadar lipoprotein dalam darah. Semakin kuat faktor genetik mempengruhi bila kada protein ini tinggi. Dan semakin tinggi kadar protein ini maka semakin tinggi pula risiko serangan jantung," tutur Faisal.
Faktor usia juga tidak dapat dihindarkan. Semakin tua usia seseorang, maka kekenyalan pembuluh darah pun akan berkurang. Sedangkan faktor jenis kelamin, kata Faisal, laki-laki lebih rentan mengalami penyumbatan pembuluh darah dibandingkan perempuan.
"Perempuan memiliki hormon estrogen yang mencegah menyempitan pembuluh darah," ungkapnya.
Selain itu, ada faktor yang dapat diubah yaitu yang berhubungan dengan gaya hidup. Kebiasaan seperti merokok, kurang olahraga, memiliki kadar kolesterol tinggi, kencing manis, dan stres adalah beberapa faktor risiko yang dapat diubah.
Olahraga berat dapat memicu
Faisal menambahkan, seringkali penyumbatan pada pembuluh darah tak menunjukkan gejala spesifik, sehingga banyak orang tak sadar jika dirinya sudah memiliki sumbatan. Bila sudah ada yang tersumbat, kinerja jantung dapat terganggu. Olahraga berat bisa menjadi sangat berbahaya karena dapat memicu serangan jantung.
Olahraga berat, terang Faisal, membutuhkan aliran darah yang cepat sehingga membuat kerja jantung lebih berat. Saat terjadi penggumpalan darah, ketika melewati pembuluh darah yang menyempit, maka darah dialirkan semakin lambat. Padahal saat olahraga berat dibutuhkan aliran darah yang cepat. Hal inilah yang dapat memicu kematian mendadak.
Untuk mencegah serangan jantung, perlu dihindari faktor-faktor risikonya. Anda memang hanya bisa pasrah dan berdoa untuk faktor yang tidak dapat diubah, namun pengupayaan optimal untuk faktor yang dapat diubah masih dapat dilakukan.
Hal yang dapat dilakukan, menurut Faisal, antara lain dengan menjaga pola makan yang sehat yaitu rendah lemak dan rendah garam. Kemudian, olahraga ringan hingga moderat, namun teratur, dan menghindari rokok serta alkohol.
"Apabila memiliki penyakit kencing manis atau kolesterol tinggi, maka harus ada pengobatan untuk memperkecil risiko serangan jantung," cetusnya.
Penyempitan pembuluh darah, lanjutnya, tidak memandang usia seseorang. Oleh sebab itu, meskipun masih berusia muda, penyempitan pembuluh darah bisa terjadi apabila seseorang memiliki faktor risiko sehingga ia menjadi lebih rentan mengalami serangan jantung.
Serangan jantung, lanjut Faisal, mungkin saja tidak didahului dengan gejala apapun sebelumnya. "Umumnya memang ada gejala sebelumnya seperti nyeri dada dan sesak, namun bisa juga tidak diawali oleh gejala," ungkapnya.
Faktor risiko
Faisal menjelaskan, ada dua faktor risiko dari kematian mendadak yang berkaitan dengan penyakit jantung. Pertama adalah faktor yang tidak dapat diubah, dan kedua adalah faktor yang dapat diubah.
Faktor yang tidak dapat diubah terdiri dari faktor keturunan atau genetik, faktor usia, dan jenis kelamin. Besarnya masing-masing faktor dalam mempengaruhi risiko penyakit jantung berbeda-beda pada setiap orang.
"Untuk faktor genetik, tergantung pada kadar lipoprotein dalam darah. Semakin kuat faktor genetik mempengruhi bila kada protein ini tinggi. Dan semakin tinggi kadar protein ini maka semakin tinggi pula risiko serangan jantung," tutur Faisal.
Faktor usia juga tidak dapat dihindarkan. Semakin tua usia seseorang, maka kekenyalan pembuluh darah pun akan berkurang. Sedangkan faktor jenis kelamin, kata Faisal, laki-laki lebih rentan mengalami penyumbatan pembuluh darah dibandingkan perempuan.
"Perempuan memiliki hormon estrogen yang mencegah menyempitan pembuluh darah," ungkapnya.
Selain itu, ada faktor yang dapat diubah yaitu yang berhubungan dengan gaya hidup. Kebiasaan seperti merokok, kurang olahraga, memiliki kadar kolesterol tinggi, kencing manis, dan stres adalah beberapa faktor risiko yang dapat diubah.
Olahraga berat dapat memicu
Faisal menambahkan, seringkali penyumbatan pada pembuluh darah tak menunjukkan gejala spesifik, sehingga banyak orang tak sadar jika dirinya sudah memiliki sumbatan. Bila sudah ada yang tersumbat, kinerja jantung dapat terganggu. Olahraga berat bisa menjadi sangat berbahaya karena dapat memicu serangan jantung.
Olahraga berat, terang Faisal, membutuhkan aliran darah yang cepat sehingga membuat kerja jantung lebih berat. Saat terjadi penggumpalan darah, ketika melewati pembuluh darah yang menyempit, maka darah dialirkan semakin lambat. Padahal saat olahraga berat dibutuhkan aliran darah yang cepat. Hal inilah yang dapat memicu kematian mendadak.
Untuk mencegah serangan jantung, perlu dihindari faktor-faktor risikonya. Anda memang hanya bisa pasrah dan berdoa untuk faktor yang tidak dapat diubah, namun pengupayaan optimal untuk faktor yang dapat diubah masih dapat dilakukan.
Hal yang dapat dilakukan, menurut Faisal, antara lain dengan menjaga pola makan yang sehat yaitu rendah lemak dan rendah garam. Kemudian, olahraga ringan hingga moderat, namun teratur, dan menghindari rokok serta alkohol.
"Apabila memiliki penyakit kencing manis atau kolesterol tinggi, maka harus ada pengobatan untuk memperkecil risiko serangan jantung," cetusnya.
(kompas)