Masjid Raya Baiturrahman yang kini berdiri adalah masjid buatan Belanda tahun 1879
dan diresmikan 27 Desember 1883. Sebagai pengganti masjid asli kesultanan Aceh
yang dibakar Belanda tahun 1873 (foto dari panoramio)
|
Masjid Raya Baiturrahman di Kutaraja, pusat kota Banda Aceh, sejak lama menjadi ikon provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Menelusuri sejarah masjid yang berada di jantung kota Banda Aceh ini, ibarat melihat perjalanan panjang bumi Serambi Mekah. Mulai masa Kesultanan Aceh, penjajahan Belanda hingga pahit manis nya bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masjid yang tetap berdiri kokoh dari hantaman dua bencana kemanusiaan yang maha dahsyat pernah terjadi di muka bumi ini, Bencana letusan Gunung Krakatau tua yang meggetarkan Nusantara dan abunya menutupi angkasa nusantara dengan dampak nya menyebar ke seantero bumi, hingga bencana Tsunami yang meninggalkan nestapa yang luar biasa bagi negeri ini terutama bagi keluarga korban yang selamat dari bencana dahsyat tersebut.
Lokasi Masjid Raya Banda Aceh
Lihat Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh di peta yang lebih besar
Saksi Perjalanan Sejarah
Masjid Raya Baiturrahman sejak berdirinya hingga kini pernah mengalami sekaligus menjadi saksi bisu sejarah yang teramat panjang bagi kegigihan rakyat Aceh. Sejak didirikan oleh Sultan Iskandar Muda lalu dihancurkan oleh Pasukan “kafe” Belanda namun kemudian Belanda harus membayar teramat mahal atas tindakan brutal itu dengan tewasnya Jendral Kohler di halaman Masjid ini oleh seorang penembak jitu Aceh. Rakyat Aceh pun kemudian mengharamkan jazad Jenderal Kohlel dimakamkan di tanah Aceh. Ribuan tentara Belanda berkalang tanah dan sampai Republik ini merdeka di tanggal 17 Agustus 1945, Belanda tak pernah benar benar berkuasa di tanah Aceh.
Prasati Kohler, diletakkan sebagai peringatan di lokasi tewasnya kohler di halaman Masjid Raya Banda Aceh. |
Pemberontakan Daud Berueh terhadap pemerintah RI berahir damai juga di masjid ini. Proklamator dan Presiden pertama RI, Bung Karno, tak sekali dua datang berkunjung ke Masjid ini dimasa beliau berkuasa. Presiden presiden penerus beliau pun tak absen datang dan bersilaturrahmi dengan rakyat Aceh di masjid ini.
Masjid ini juga menjadi saksi betapa getirnya penderitaan rakyat Aceh sebagai dampak “Daerah Operasi Militer (DOM)” yang dilancarkan rezim Order Baru selama betahun tahun untuk meredam pemberontakan “Gerakan Aceh Merdeka (GAM)”. Kala itu Masjid ini menjadi tempat warga Aceh mengadukan penderitaan mereka yang teramat perih akibat konflik berkepanjangan itu kepada Tuhan semesta alam.
Masjid Raya Baiturrahman diabadikan dalam Prangko RI tahun 1990 |
Ketika bencana dahsyat tsunami meluluhlantakkan Aceh Desember 2004, kita semua seakan di tampar dengan keras untuk sebuah kesadaran bahwa seluruh rakyat Aceh adalah saudara kita sendiri. Bencana dahsyat ini juga yang membungkam para pakar yang sama sekali tak mampu memberikan penjelasan logis bagaimana dan mengapa air bah tsunami tersibak ketika berhadapan dengan masjid ini dan menyelamatkan begitu banyak nyawa yang berlindung dan menyelamatkan diri di masjid ini. Rekaman detik detik tsunami melewati Masjid Raya Baiturrahman dapat dilihat di video di bagian bawah artikel ini.
Kerusakan Parah disekitar Masjid akibat tsunami tak berpengaruh banyak pada masjid Raya Baiturrahman. |
Peristiwa penting terahir yang terjadi di masjid tua ini ketika Tengku Hasan Tiro, Wali Nangroe Aceh yang selama puluhan tahun hidup di Swedia kembali ke pangkuan bumi pertiwi dan langsung menuju ke masjid bersejarah ini. 3 Juni 2010 yang lalu ketika beliau wafat, Masjid Raya Baiturrahman yang menjadi tempat jenazah beliau disholatkan oleh ribuan rakyat Aceh sebelum dimakamkan bersebelahan dengan pusara kakek beliau yang tak lain adalah Pahlawan Nasional Tengku Cik Di Tiro.
Rakyat Aceh tumpah ruah ke Masjid Raya Baiturrahman menyambut kembalinya Hasan Tiro Ke Tanah Air |
Zikir tahun baru 2011 di Masjid Raya Banda Aceh (serambi news.com)
|
Sejarah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
Ada dua versi sejarah Masjid Raya Baiturrahman. Ada yang menyebut Sultan Alauddin Johan Mahmud Syah membangun masjid ini pada abad ke 13. Namun versi lain menyatakan Masjid Baiturahman didirikan pada abad 17, pada masa kejayaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Namun yang pasti bahwa nama Baiturahman, diberikan oleh Sultan Iskandar Muda. Pada masa itu masjid ini menjadi salah satu pusat pengembangan ajaran Islam di wilayah kesultanan Aceh Darussalam.
Masa Penjajahan Belanda
Maket masjid asli Masjid Baiturrahaman di musium Aceh, berupa masjid
tradisional Indonesia dengan atap limat bersusun (archnet)
|
Masjid Raya Baiturrahman sekitar tahun 1910-30 (wiki)
|
Seiring dengan semakin bertambahnya penduduk Banda Aceh dan untuk meredakan kemarahan rakyat Aceh maka masjid diperluas lagi kiri kanannya pada tiga tahun kemudian. Ditambahlah dua kubah lagi di atasnya sehingga menjadi tiga kubah. Belanda kemudian meninggalkan Aceh. Bumi Nangroe Aceh Darussalam bergabung dengan Republik Indonesia.
Kemegahan masjid Raya Baiturrahman masih kekar hingga kini (panoramio)
|
Video Detik Detik Tsunami di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
Ketika Tsunami melanda Aceh Masjid Raya Baiturrahaman menjadi salah satu dari masjid yang selamat dari bencana luar biasa itu. dalam video ini kita melihat begitu banyak nyawa yang selamat karena berlindung di masjid tua ini dari dasyat nya air bah tsunami.
Foto Foto Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
Masjid Raya Baiturrahaman dari menara masjid (Panoramio)
|
Aerial view Masjid Raya Baiturrahaman (Panoramio)
|
Masjid Raya Baiturrahman dan daerah sekitarnya, dari satelit QUICKBIRD Juni 2004.
Tampak jelas keindahannya sebelum gempa dan tsunami
|
Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh (Panoramio)
|
Sumber : bujangmasjid.blogspot.com