Cara Unik Masyarakat Aceh Dalam Memanjat Kelapa


Menikmati es kelapa muda di siang hari di waktu beristirahat memang sudah menjadi dambaan bagi setiap orang yang telah penat beraktivitas dari pagi hingga siang hari. 

Rasa es kelapa muda yang seakan membasahi setiap sudut kerongkongan untuk melepaskan gerah dahaga merupakan dambaan bagi setiap orang apalagi jika dinikmati bersama dangan didukung oleh suasana yang cukup rileks.

Di negeri ini ada berbagai cara yang sangat unik dalam memetik buah kelapa. Kita semua sudah sangat tahu hal apa saja yang membuat proses memetik buah kelapa itu menjadi unik? Ada berbagai cara unik dalam proses pemetikan buah kelapa, ada yang memanjatnya secara langsung dan ada juga buah kelapa yang di petik oleh seekor kera yang sudah terlatih. Pemetikan buah kelapa yang menggunakan jasa seekor kera dianngap sangat tidak efisien karena kera tersebut tidak dapat memangkas pelepah daun kelapa yang sudah tua untuk membersihkannya serta hanya dapat memetik buah sesuai dengan apa sudah dilatih sebelumnya, artinya kera tersebut hanya akan memetik buah kelapa masak saja dan tidak memetik buah kelapa muda.

Es Kelapa Muda
Es Kelapa Muda
Pemetikan buah kelapa oleh kera ini juga dilakoni oleh manusia dan tentunya dengan berbagai caranya sendiri. Sebagai salah satu contohnya ialah gaya unik masyarakat Aceh dalam memanjat kelapa, yaitu dengan cara memasukan kedua kaki pada gulungan berbentuk lingkaran tepat pada kedua pergelangan kaki, atau tepatnya diantara tumit kaki sang pemanjat kelapa, alat ini biasanya terbuat pelepah kering daun pisang tapi sekarang banyak yang mengsubtitusikannya dengan kain. “Neukleut”, ini merupakan istilah yang sering dipakai untuk menyebut nama lain dari gulungan pelepah daun pisang atau kain tadi didalam masyarakat Aceh. 

Neukleut merupakan bahasa yang dominan yang di pakai oleh masyarakat Aceh Jaya dan sekitarnya, sedangkan di wilayah Aceh Selatan dan sekitarnya istilah neukleut berganti nama sesuai dengan bahasa yang identik dengan bahasa Jamee yakni “Singkalik”. Sedangkan Aceh dibagian lainnya, tepatnya di Bireuen neukleut lebih dikenal dengan sebutan“seuneungkeup”

Lain di Bireuen lain pula dengan istilah bahasa yang digunakan di Meureudu, masyarakat Meureudu menyebutnya “Reungke’eut” . Ini merupakan alat yang sangat membantu pemanjat kelapa untuk memetik buah kelapa, dimana kekuatan kaki untuk menjepit batang kelapa dengan kaki akan lebih kuat dan pegangan yang dilakukan dengan kaki akan lebih kokoh. 

Entah dari mana teknik memanjat kelapa ini terlahirkan, yang pastinya teknik ini sudah sangat lazim diaplikasikan oleh masyarakat Aceh secara umum dalam memanjat kelapa. Meskipun ada yang mengatakan ini teknik yang sangat konyol, tapi bagi mereka yang melakoni profesi sebagai pemanjat kelapa merasa sangat aman dan nyaman jika menggunakan neukleut pada saat memanjat pohon kelapa, tidak peduli setinggi apa pohon kelapa yang akan dipanjatnya.
Pemanjat kelapaPemanjat kelapa
Berdasarkan kabar lelucon yang sering terdengar dikalangan masyarakat Aceh, banyak orang yang mengatakan “Orang Aceh
Pemanjat Kelapa
Pemanjat Kelapa
pintar sekali!!! Mereka memanjat pohon kelapa setelah mengikat kedua belah kakinya”. Tidak perlu ini teknik konyol atau bukan, yang sudah pastinya sangat banyak orang asing yang berada di Aceh selaku relawan yang sedang dalam tugas kemanusian pasca tsunami di Aceh, sangat takjub akan teknik ini. 

Bahkan tidak tanggung-tanggung mereka mengacungkan kedua jempolnya karena sangat kagum akan teknik konyol masyarakat Aceh dalam memanjat kelapa. Inilah keunikan yang dimiliki oleh masyarakat Aceh dalam memanjat pohon kelapa, penggunaan neukleut seakan sudah menjadi standarisasi untuk keselamatan pemanjatan kelapa secara tradisional. Tanpa neukleut, masyarakat Aceh seolah agak enggan untuk memanjat pohon kelapa, terkecuali dalam keadaan yang sangat terpaksa. (Habibi Lageuen/gampongaceh.org)