DERETAN gedung berwarna indah tertata rapi. Arsitekturnya bernuansa pandang pasir nan megah. Gedung itu adalah milik Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry, Kota Banda Aceh, yang baru saja selesai dibangun ulang oleh Islamic Development Bank (IDB).
Ratusan mahasiswa tampak sibuk dengan aktivitas masing-masing. Seperti yang di kutip dari Atjehpost, hari ini, Kamis 14 Maret 2013, merupakan hari pemilihan Rektor IAIN Ar-Raniry yang baru.
Ada tiga kandidat yang akan bersaing, seperti Prof Dr H Farid Wajdi Ibrahim MA, yang menjabat sebagai Rektor IAIN Ar-Raniry saat ini, Dr Mujiburrahman MAg, Pembantu Dekan 1 Fakultas Tarbiyah, serta Dr Hj Chairan M Nur MAg, Pembantu Dekan II Fakultas Tarbiyah.
Sejarah panjang IAIN Ar-Raniry memiliki arti penting tersendiri bagi para dosen untuk mendapatkan posisi tertinggi di sana.
Berdasarkan data yang dimiliki situs Wikipedia, lahirnya IAIN Ar-Raniry didahului dengan berdirinya Fakultas Syariah pada tahun 1960 dan Fakultas Tarbiyah tahun 1962 sebagai cabang dari IAIN Sunan Kalidjaga Yogyakarta.
Di samping itu pada tahun yang sama (1962-red), didirikan pula Fakultas Ushuluddin sebagai fakultas swasta di Banda Aceh. Setelah beberapa tahun menjadi cabang dari IAIN Yogyakarta, fakultas-fakultas tersebut berinduk ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama enam bulan sampai IAIN Ar-Raniry diresmikan.
Pada saat diresmikan pada tanggal 5 Oktober 1963, dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 1963.
Sebagai IAIN ketiga di nusantara setelah IAIN Sunan Kalidjaga Yogyakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IAIN Ar-Raniry terus maju dan berkembang.
Hal ini terlihat, ketika IAIN Ar-Raniry diresmikan (5 Oktober 1963) baru memiliki tiga fakultas, yaitu Fakultas Syari'ah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin, namun baru berusia 5 tahun telas diresmikan pula Fakultas Dakwah (tahun 1968) sebagai fakultas dakwah pertama di lingkungan IAIN di Indonesia. Pada tahun 1968 ini pula, IAIN Ar-Raniry ditunjuk sebagai induk dari dua fakultas agama berstatus negeri di Medan (cikal bakal IAIN Sumatera Utara-red), yaitu Fakultas Tarbiyah dan Syari'ah yang berlangsung selama 5 tahun.
Untuk menyamai dengan IAIN-IAIN lain, pada tahun 1983, Fakultas Adab resmi menjadi salah satu dari 5 fakultas di lingkungan IAIN Ar-Raniry.
Sedangkan kata Ar-Raniry yang dinisbahkan kepada IAIN Banda Aceh adalah nama seorang Ulama besar dan mufti yang sangat berpengaruh pada masa Sultan Iskandar Tsani (memerintah tahun 1637-1641-red).
Ulama besar tersebut nama lengkapnya Syeikh Nuruddin Ar-Raniry yang berasal dari Ranir (sekarang Rander) di Gujarat, India. Beliau telah memberikan konstribusi yang amat berharga dalam pengembangan pemikiran Islam di Asia Tenggara, khususnya di Aceh.
Pada masa konflik, IAIN Ar-Raniry tercatat pernah menjadi pusat gerakan mahasiswa Aceh. Gerakan-gerakan yang dibangun oleh para mahasiswa di sana menjadi perhatian dari dunia internasional.
Sedangkan dalam historitasnya sejak berdiri, IAIN Ar-Raniry sebagai lembaga pendidikan tinggi, telah menunjukkan peran dan signifikansinya yang strategis bagi pembangunan dan perkembangan masyarakat.
Ratusan mahasiswa tampak sibuk dengan aktivitas masing-masing. Seperti yang di kutip dari Atjehpost, hari ini, Kamis 14 Maret 2013, merupakan hari pemilihan Rektor IAIN Ar-Raniry yang baru.
Ada tiga kandidat yang akan bersaing, seperti Prof Dr H Farid Wajdi Ibrahim MA, yang menjabat sebagai Rektor IAIN Ar-Raniry saat ini, Dr Mujiburrahman MAg, Pembantu Dekan 1 Fakultas Tarbiyah, serta Dr Hj Chairan M Nur MAg, Pembantu Dekan II Fakultas Tarbiyah.
Sejarah panjang IAIN Ar-Raniry memiliki arti penting tersendiri bagi para dosen untuk mendapatkan posisi tertinggi di sana.
Berdasarkan data yang dimiliki situs Wikipedia, lahirnya IAIN Ar-Raniry didahului dengan berdirinya Fakultas Syariah pada tahun 1960 dan Fakultas Tarbiyah tahun 1962 sebagai cabang dari IAIN Sunan Kalidjaga Yogyakarta.
Di samping itu pada tahun yang sama (1962-red), didirikan pula Fakultas Ushuluddin sebagai fakultas swasta di Banda Aceh. Setelah beberapa tahun menjadi cabang dari IAIN Yogyakarta, fakultas-fakultas tersebut berinduk ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama enam bulan sampai IAIN Ar-Raniry diresmikan.
Pada saat diresmikan pada tanggal 5 Oktober 1963, dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 1963.
Sebagai IAIN ketiga di nusantara setelah IAIN Sunan Kalidjaga Yogyakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IAIN Ar-Raniry terus maju dan berkembang.
Hal ini terlihat, ketika IAIN Ar-Raniry diresmikan (5 Oktober 1963) baru memiliki tiga fakultas, yaitu Fakultas Syari'ah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin, namun baru berusia 5 tahun telas diresmikan pula Fakultas Dakwah (tahun 1968) sebagai fakultas dakwah pertama di lingkungan IAIN di Indonesia. Pada tahun 1968 ini pula, IAIN Ar-Raniry ditunjuk sebagai induk dari dua fakultas agama berstatus negeri di Medan (cikal bakal IAIN Sumatera Utara-red), yaitu Fakultas Tarbiyah dan Syari'ah yang berlangsung selama 5 tahun.
Untuk menyamai dengan IAIN-IAIN lain, pada tahun 1983, Fakultas Adab resmi menjadi salah satu dari 5 fakultas di lingkungan IAIN Ar-Raniry.
Sedangkan kata Ar-Raniry yang dinisbahkan kepada IAIN Banda Aceh adalah nama seorang Ulama besar dan mufti yang sangat berpengaruh pada masa Sultan Iskandar Tsani (memerintah tahun 1637-1641-red).
Ulama besar tersebut nama lengkapnya Syeikh Nuruddin Ar-Raniry yang berasal dari Ranir (sekarang Rander) di Gujarat, India. Beliau telah memberikan konstribusi yang amat berharga dalam pengembangan pemikiran Islam di Asia Tenggara, khususnya di Aceh.
Pada masa konflik, IAIN Ar-Raniry tercatat pernah menjadi pusat gerakan mahasiswa Aceh. Gerakan-gerakan yang dibangun oleh para mahasiswa di sana menjadi perhatian dari dunia internasional.
Sedangkan dalam historitasnya sejak berdiri, IAIN Ar-Raniry sebagai lembaga pendidikan tinggi, telah menunjukkan peran dan signifikansinya yang strategis bagi pembangunan dan perkembangan masyarakat.
(atjehpost)