LHOKSEUMAWE – Masyarakat sejumlah gampong di Lhokseumawe dan Aceh Utara menggelar kenduri Maulid, Kamis, 24 Januari 2013. Selain dihidangkan untuk tamu yang diundang ke rumahnya, kenduri juga diantar secara khusus ke meunasah maupun masjid.
Di Gampong Panggoi, Muara Dua, Lhokseumawe, sejak pukul 10.00 hingga 12.00 WIB, ratusan warga membawa kenduri Maulid ke meunasah untuk disantap bersama. Kenduri itu berupa bu kulah (nasi dibungkus daun pisang yang telah dilayu hawa panas api) dan daging ayam, itik, ikan hingga telor asin. Ada pula pisang dan bu lukat (nasi ketan dibungkus kecil dilengkapi kelapa manisan).
Kenduri tersebut dimasukkan dalam kantong plastik. Setelah tiba di meunasah, para tetua dan pemuda gampong menyusun kembali kenduri itu sebelum dibagikan untuk makan bersama. “Anak-anak terutama anak yatim mendapat giliran pertama untuk menikmati kenduri ini, setelah itu untuk para undangan dan masyarakat,” kata seorang warga Gampong Panggoi.
Untuk menyemarakan acara kenduri Maulid, pengurus meunasah mengundang sejumlah group Dike dan Dalae (Zikir dan Dalail Khairat) untuk tampil sejak pagi hingga siang.
Sementara di Gampong Uteun Bayi, Banda Sakti, Lhokseumawe, tradisi kenduri Maulid dalam bentuk bu kulah sudah bercampur dengan nasi kotak. “Ada yang masih bu kulah, ada nasi kotak dan ada yang pakai rantangan,” kata Herman, warga Uteun Bayi.
Panitia kenduri Maulid di Uteun Bayi, Ikhwan MA menyebutkan, selian sejumlah group Dike juga diundang aparatur pemerintah gampong seKecamatan Banda Sakti.
Kenduri Maulid pada hari ini juga diadakan di Masjid Babus Salam, Gampong Blang, dan sejumlah gampong lainnya di Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara.
Begitu juga di Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara. Terlihat banyak warga berdatangan ke Masjid Al-Khalifah Ibrahim, mengantar kenduri Maulid sebagai wujud syukur memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Salah seorang tamu undangan di acara kenduri itu, Tgk Dailami menyebutkan momen Maulid di Aceh Utara sangatlah sakral. "Disini hampir setiap gampong merayakan Maulid,” katanya.| atjehpost.com
Di Gampong Panggoi, Muara Dua, Lhokseumawe, sejak pukul 10.00 hingga 12.00 WIB, ratusan warga membawa kenduri Maulid ke meunasah untuk disantap bersama. Kenduri itu berupa bu kulah (nasi dibungkus daun pisang yang telah dilayu hawa panas api) dan daging ayam, itik, ikan hingga telor asin. Ada pula pisang dan bu lukat (nasi ketan dibungkus kecil dilengkapi kelapa manisan).
Kenduri tersebut dimasukkan dalam kantong plastik. Setelah tiba di meunasah, para tetua dan pemuda gampong menyusun kembali kenduri itu sebelum dibagikan untuk makan bersama. “Anak-anak terutama anak yatim mendapat giliran pertama untuk menikmati kenduri ini, setelah itu untuk para undangan dan masyarakat,” kata seorang warga Gampong Panggoi.
Untuk menyemarakan acara kenduri Maulid, pengurus meunasah mengundang sejumlah group Dike dan Dalae (Zikir dan Dalail Khairat) untuk tampil sejak pagi hingga siang.
Sementara di Gampong Uteun Bayi, Banda Sakti, Lhokseumawe, tradisi kenduri Maulid dalam bentuk bu kulah sudah bercampur dengan nasi kotak. “Ada yang masih bu kulah, ada nasi kotak dan ada yang pakai rantangan,” kata Herman, warga Uteun Bayi.
Panitia kenduri Maulid di Uteun Bayi, Ikhwan MA menyebutkan, selian sejumlah group Dike juga diundang aparatur pemerintah gampong seKecamatan Banda Sakti.
Kenduri Maulid pada hari ini juga diadakan di Masjid Babus Salam, Gampong Blang, dan sejumlah gampong lainnya di Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara.
Begitu juga di Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara. Terlihat banyak warga berdatangan ke Masjid Al-Khalifah Ibrahim, mengantar kenduri Maulid sebagai wujud syukur memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Salah seorang tamu undangan di acara kenduri itu, Tgk Dailami menyebutkan momen Maulid di Aceh Utara sangatlah sakral. "Disini hampir setiap gampong merayakan Maulid,” katanya.| atjehpost.com