Jual Pisang Goreng Raup Ratusan Ribu Perhari


Takengon sebuah kota yang diapit pengunungan ini memang menyimpan sejuta cerita menarik untuk diulas, mulai dari tanahnya yang katanya serpihan tanah surga hingga menjadikan Kopi Arabica  Gayo yang memiliki cita rasa kelas dunia ini. Masyarakatnya pun mayoritas memiliki kebun kopi sendiri.
Namun sangat disayangkan jika kopi menjadi salah satu andalan masyarakat Takengon, seharusnya masyarakat juga menyelingi tanaman mereka dengan tanaman lainnya yang tak kalah dari nilai ekonomisnya, katakan saja tanaman pisang yang menjadi bahan baku berbagai makanan ringan yang hampir setiap hari laku keras dipasaran lokal saja.
Seperti yang dilakukan oleh seorang warga Tetunyung Kecamatan Lut Tawar Aceh Tengah , Arman 52 Tahun, yang memiliki usaha dagang pisang goreng dikawasan Pasar Inpres Takengon.
Arman yang dijumpai Lintas Gayo, Senin (25/02/2013) mengaku jika hasil dagangannya yang mengandalkan bahan baku pisang ini bisa mencukupi kebutuhan istri dan ke-3 anaknya, dengan berpenghasilan rata-rata Rp.500 ribu perharinya.
Ini tentu angka yang fantastis, dalam sebulan Arman berpenghasilan 15 Juta Rupiah dan setahunnya 180 Juta rupiah.
“Penghasilan saya lumayan bisa untuk menyekolahkan dua anak saya menjadi sarjana dan sibungsu yang masih duduk dibangku sekolah dasar dan menyewakan kedai ini seharga 12 Juta Rupiah”, kata Arman.
Arman menjelaskan dirinya bekerja sebagai penjual pisang goreng mulai pukul 6 pagi hingga magrib tiba.
“Syukur alhamdulillah saat ini langganan tetap saya sudah ada, dan sudah banyak yang mengetahui kedai saya ini dengan nama Ayu Ara”, aku Arman.
Pria kelahiran Angkup Silih Nara ini menambahkan, seharinya sebanyak 10 sampai 15 tandan yang diolah menjadi pisang goreng ini dibelinya dari pedagang asal pesisir.
“Sungguh sangat disayangkan, didaerah kita tanahnya sangat subur, apa saja ditanam dapat tumbuh dengan baik, namun kita luput akan potensi alam kita disini, pisang saja harus didatangkan dari luar daerah, padahal selain kopi kan pisang bisa jadi tanaman alternatif warga”, sesalnya.
Arman pun melanjutkan bahwa dirinya harus mengeluarkan biaya pertandannya sebesar 15-20 ribu rupiah.
“Coba bayangkan saja jika bahan baku tersedia disini pasti masyarakat juga akan memiliki penghasilan sampingan selain berkebun kopi yang panen hanya 2 kali dalam setahun”, tutur Arman.
Yah, usaha giat yang dibangun Arman dan keluarganya memang patut diacungi jempol, hal ini merupakan motivasi bagi masyarakat di Takengon, jika menjadi seorang penjual pisang goreng saja mampu memiliki penghasilan yang begitu besar. Hanya saja kedepan kita harus mengingat potensi alam kita yang juga cocok untuk tanaman selain kopi. | lintasgayo.com